Rahasia Perempuan Ahli Sorga


Apakah Nusyuz itu ?


suami istri berantem rejeki menjauh

Nusyuz dalam konteks perkawinan Islam merujuk pada ketidaktaatan atau pelanggaran kewajiban yang seharusnya dipenuhi oleh suami atau istri dalam hubungan perkawinan mereka. Singkatnya, nusyuz adalah tindakan yang menunjukkan ketidaksetiaan, ketidakpatuhan, atau pelanggaran terhadap hak dan kewajiban dalam pernikahan yang diatur dalam Islam.

 

Elaborasi:

Nusyuz Istri:

Bisa berupa penolakan untuk melayani suami, keluar rumah tanpa izin suami, atau tidak memenuhi kewajiban sebagai istri.

 

 Nusyuz Suami:

Bisa berupa penelantaran istri, kekerasan, atau tidak memenuhi kewajiban sebagai suami, seperti memberikan nafkah.

 

 Penyebab:

Nusyuz bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk ketidakpuasan dalam pernikahan, kurangnya komunikasi, atau pelanggaran hak dan kewajiban masing-masing.

Akibat Hukum:

Nusyuz dapat berdampak pada hak dan kewajiban dalam pernikahan, bahkan bisa menjadi alasan untuk perceraian atau tindakan hukum lainnya.

 

Penyelesaian:

Islam menganjurkan penyelesaian nusyuz melalui pendekatan persuasif, seperti nasihat, mediasi, atau pembagian tugas.

 

Penting untuk memahami bahwa nusyuz bukanlah tindakan sepihak. Baik suami maupun istri memiliki peran dan tanggung jawab dalam menjaga keharmonisan rumah tangga. Jika terjadi perselisihan atau pelanggaran, disarankan untuk menyelesaikan masalah dengan baik dan bijaksana sesuai dengan ajaran Islam

 

Beberapa contoh nusyuz istri yang bisa menjauhkan dari rejeki Rumah Tangga ( dikumpulkan dari kisah di kejadian nyata ):

 

·         Mengumpat dan mengeluarkan kata kata menyakitkan kepada suami

·         Mengumbar aib suami kepada orang lain atau sadara saudara dan temannya

·         Berteriak teriak kepada suami Ketika bertengkar agar tetangga mendengar nya dan menjatuhkan harga diri suami

·         Tidak mau mendoakan suami malah mengucapkan kata kata yang berisi doa keburukan misal : Gue doain elo gak bakal dapat proyek dll . Ingat !! Perkataan adalah doa

·         Merasa bahwa seorang istri yang memiliki penghasilan lebih besar boleh untuk tidak menghargai suami

·         Tanpa alasan jelas seorang istri meminta cerai kepada suami

·         Tidak pernah bersyukur atas perjuangan ,pengorbanan suami dan pemberian suami

·         Mengajari anak anak untuk tidak menghargai suami

·         Menolak berhubungan badan: Istri menolak ajakan suami untuk berhubungan badan tanpa alasan syar'i.

·         Keluar rumah tanpa izin suami: Istri pergi meninggalkan rumah tanpa izin suami dan tidak mau kembali ke rumah yang layak.

·         Tidak mematuhi suami: Istri tidak menaati perintah suami yang baik dan tidak melanggar syariat.

·         Berbicara kasar atau tidak sopan: Istri berbicara dengan nada tinggi, kasar, dan tidak sopan kepada suami.

·         Menolak diajak bepergian: Istri menolak ajakan suami untuk bepergian bersama.

·         Tidak berpenampilan menarik: Istri tidak berusaha untuk berpenampilan menarik di hadapan suami.

·         Menolak tinggal di rumah yang disediakan suami: Istri menolak tinggal di rumah yang telah disiapkan oleh suami atau tidak bersyukur atas rumah hasil jerih payah suami

·         Selalu menolak jika dinasehati / merasa benar sendiri

·         Selingkuh dibelakang suami

·         Lebih mendengarkan perkataan orang lain daripada perkataan suami

·         Dan lain lain

 

Sedangkan kejadian kejadian dalam rumah tangga yang dapat menyebabkan dijauhkan dari rejeki dari Pihak suami

·         Suami tidak mau menghargai jerih payah istri bekerja di rumah

·         Suami tidak mau mencari nafkah

·         Berkata kasar dan merendahkan istri

·         Mengumbar aib istri kepada orang lain atau sadara saudara dan temannya

·         Berteriak teriak kepada istri Ketika bertengkar agar tetangga mendengar nya

·         Merasa bahwa seorang istri hanya menerima penghasilan dari suami dan suami semena mena kepada istri

·         Tidak pernah bersyukur atas perjuangan ,pengorbanan istri

·         Mengajari anak anak untuk tidak menghargai ibunya

·         Berbicara kasar atau tidak sopan

·         Mendapatkan rejeki dari hasil yang tidak baik misal hasil memeras orang lain, menginjak injak orang yang lebih lemah

·         Sengaja selingkuh tanpa sepengetahuan istri padahal istri selalu mendoakan suami setiap saat

 

Benarkah lebih banyak perempuan yang menghuni neraka ? 

Kami akan menggunakan kata perempuan,karena menurut KBBI kata perempuan memilik arti yang lebih tinggi dibanding Wanita.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata "perempuan" dan "wanita" memiliki makna yang sama, yaitu orang dewasa berjenis kelamin perempuan. Namun, penggunaan kata "perempuan" lebih disarankan karena memiliki akar kata yang lebih kuat dan terkait dengan konsep kemuliaan serta kehormatan, seperti yang dijelaskan dalam beberapa artikel.

Penjelasan Lebih Lanjut:

KBBI dan Makna:

Baik "perempuan" maupun "wanita" dalam KBBI merujuk pada orang dewasa berjenis kelamin perempuan.

Perbedaan Etimologis:

Kata "perempuan" berasal dari kata "empu" (dalam bahasa Jawa Kuno) yang berarti tuan, mulia, atau berkuasa, yang kemudian mendapat imbuhan "per-" dan "-an", dijelaskan dalam beberapa artikel. Ini menunjukkan akar kata yang lebih kuat dan positif.

Penggunaan dalam Konteks:

Dalam konteks gerakan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, penggunaan kata "perempuan" lebih disarankan karena mencerminkan penghargaan terhadap martabat dan kedudukan perempuan.

Wanita sebagai Pilihan:

Meskipun "wanita" juga umum digunakan dan tidak bermakna negatif, "perempuan" dianggap lebih tepat untuk konteks-konteks yang menekankan hak dan martabat perempuan

 

Kaum perempuan lebih banyak yang masuk neraka

Kaum laki-laki maupun perempuan memang memiliki derajat yang sama di sisi Allah Swt. Allah Swt tak pernah membeda-bedakan hamba-Nya lewat jenis kelamin ataupun strata sosial. Di sisi Allah hanya yang bertaqwa yang paling tinggi derajatnya. Namun dalam suatu hadits riwayat Imam Bukhari, Muslim dan Tirmidzi diceritakan bahwa penghuni neraka terbanyak adalah dari golongan perempuan:

وَقمْتُ عَلَى بَابِ النَّارِ، فَإِذَا عَامَّةُ مَنْ دَخَلَهَا النِّسَاءُ

Artinya: “Saya (Rasulullah Saw) berdiri di depan pintu neraka. Kebanyakan orang yang masuk neraka adalah perempuan.”

Sebuah Hadist lain riwayat Ibnu Abbas dan Imran RA. Dikatakan, Rasulullah SAW bersabda,

اطلعتُ فِي الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ ، وَاطَّلَعْتُ في النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ
Artinya: "Aku menengok ke dalam surga, maka kulihat kebanyakan isinya orang miskin. Dan aku menengok ke dalam neraka, maka kulihat kebanyakan isinya kaum wanita." (HR Bukhari dan Muslim)

Hal ini tentu menjadi pertanyaan bagi kita seolah-olah ada sekat dan pembeda antara laki-laki dan perempuan. Pun dengan adanya hadits tersebut, perempuan seolah-olah menjadi kaum yang patut disalahkan.

Perempuan adalah kaum mayoritas penghuni neraka? Al-Mubarakfury dalam kitabnya Tuhfathul Ahwadzi mencoba menjelaskan bahwa yang dimaksud dalam hadits di atas bukan berarti secara kuantitas penghuni neraka adalah perempuan, melainkan hadits tersebut sebagai anjuran bagi para perempuan untuk menjaga agamanya agar terhindar dari api neraka. Dalam modul sebelumnya tentang Ghibah , secara survey berkata bahwa perempuan yang lebih banyak melakukan ghibah dibanding laki laki, sedangkan ghibah termasuk dosa besar

Hadist hadist diatas menjadi bukti kepedulian Rasulullah terhadap para perempuan dan bukan bermaksud untuk memarjinalkannya. Sehingga Rasulullah pun memberikan beberapa kiat-kiat bagi para perempuan agar tidak terjerumus ke dalam api neraka. Kiat-kiat dan imbauan Rasulullah tersebut dicantumkan dalam riwayat hadits lain yang juga diriwayatkan oleh Bukhari. Dalam Sahih Bukhari, Imam Bukhari membuat satu bab khusus yang memuat alasan mengapa perempuan dikatakan sebagai kaum mayoritas penghuni neraka. Bab tersebut diberi judul bab Kufran al-`Ashîr wa Kufrun Dûna Kufrin.

Dalam bab tersebut Bukhari mencantumkan hadis riwayat Abu Said al-Khudri yang menyaksikan Rasulullah Saw bersabda kepada beberapa Sahabiyah (sahabat perempuan):

 قَالَ: يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي أُرِيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أّهْلِ النَّارِ فَقُلنَ: وَبِمَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: تُكْثِرْنَ اللِّعَنَ، وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ

Artinya: “Rasulullah Saw bersabda: ‘Wahai para perempuan sekalian bersedekahlah! Karena sesungguhnya aku diperlihatkan bahwa mayoritas penghuni neraka adalah kalian (kaum perempuan).’

Kemudian para perempuan itu bertanya: ‘Mengapa ya Rasulullah?’
Rasul pun menjawab
: Kalian sering melaknat dan berbuat kufur kepada suami.” Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari-nya menjelaskan bahwa kufur dalam hal ini bukanlah kufur yang menjadikan manusia keluar dari Islam. Akan tetapi yang dimaksud kufur kepada suami adalah mengingkari nikmat yang telah diberikan oleh suami dan meninggalkan kebaikan yang telah dilakukan sehingga menjadikan istri tersebut tidak taat. Hal ini mengingat kewajiban istri untuk taat kepada suami adalah sebuah keniscayaan.

istri yang suka memarahi suami

Sebagaimana disabdakan Rasulullah Saw:


 لَوْ أَمَرْتُ أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ المَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا

Artinya, “Jika saya (diperbolehkan) memerintah seseorang untuk bersujud kepada orang lain, maka saya akan memerintahkan seorang istri untuk bersujud kepada suaminya.”

Dalam Faidul Bari dijelaskan bahwa hadits terkait penghuni neraka tersebut muncul karena para perempuan jahiliyah sering melaknat dan mengkufuri suaminya. Sehingga hal ini sebagai bentuk pendidikan yang diupayakan Rasulullah agar para perempuan di masa Rasul tidak melakukan perbuatan yang sama. Jelas sudah bahwa inti dari hadits tersebut bukan bermaksud untuk memarjinalkan perempuan atau merendahkan perempuan. Yang diinginkan Rasul dalam hadits tersebut adalah agar perempuan umat Rasul tidak meniru perilaku perempuan jahiliyah, yakni suka melaknat dan mengkufuri suaminya.

Jika para perempuan zaman sekarang masih tetap melakukan hal yang sama: melaknat dan mengingkari kenikmatan dan kebaikan yang telah diberikan suaminya, maka hukum Allah berupa neraka adalah sebuah keniscayaan. Wallahu A’lam.

Alasan Wanita Jadi Penghuni Neraka Terbanyak

Imam Bukhari pada kitab Haidh bab ke-6 mengeluarkan riwayat yang menerangkan alasan wanita menjadi penghuni neraka terbanyak. Diriwayatkan Abu Sa'id Al-Khudri ia berkata, "Rasulullah SAW keluar musala untuk salat Idul Fitri atau Adha, maka ia berjalan ke arah jemaah wanita dan bersabda, 'Hai kaum wanita, bersedekahlah kalian, sebab aku melihat kebanyakan penghuni neraka adalah wanita.'

Mereka bertanya, 'Mengapa demikian ya Rasulullah?'
Nabi SAW menjawab, 'Karena kalian sering bergunjing dan melupakan kebaikan suami. Tak pernah aku melihat orang yang kurang akal dan agama yang bisa menawan hati lelaki pandai selain kalian.'

Mereka bertanya, 'Apakah kekurangan agama dan akal kami ya Rasulullah?'
Nabi SAW menjawab, 'Bukankah persaksian wanita separuh dari persaksian laki-laki?'
Jawab mereka, 'Benar.'

Nabi SAW bersabda, 'Itu tanda kekurangan akalnya. Tidakkah di waktu haid seorang wanita tidak menjalankan salat dan puasa?'
Mereka menjawab, 'Benar.'
Maka Nabi SAW bersabda, 'Itulah kekurangan agamanya'."

Wanita Menjadi Pengikut Dajjal Terbanyak
Kaum wanita juga disebut-sebut menjadi pengikut Dajjal terbanyak. Menurut sejumlah hadits, Dajjal adalah pembawa fitnah terbesar di akhir zaman dan kemunculannya menjadi tanda-tanda kiamat.

Keterangan bahwa wanita adalah pengikut terbanyak Dajjal dijelaskan buku Armageddon: Peperangan Akhir Zaman Menurut Al-Qur'an, Hadits, Taurat dan Injil karya Wisnu Sasongko yang mengacu pada sabda Rasulullah SAW, "Mayoritas pengikut Dajjal adalah Yahudi dan wanita." (HR Ahmad)

Kondisi wanita pengikut Dajjal turut digambarkan dalam hadits Ibnu 'Umar, Rasulullah SAW bersabda,

يَنْزِلُ الدَّجَّالُ فِى هَذِهِ السَّبَخَةِ بِمَرِّ قَنَاةَ فَيَكُونُ أَكْثَرَ مَنْ يَخْرُجُ إِلَيْهِ النِّسَاءُ حَتَّى إِنَّ الرَّجُلَ لِيَرْجِعُ إِلَى حَمِيمِهِ وَإِلَى أُمِّهِ وَابْنَتِهِ وَأُخْتِهِ وَعَمَّتِهِ فَيُوثِقُهَا رِبَاطاً مَخَافَةَ أَنْ تَخْرُجَ إِلَيْهِ
Artinya: "Dajjal akan turun ke Mirqonah (nama sebuah lembah) dan mayoritas pengikutnya adalah kaum wanita, sampai-sampai ada seorang yang pergi ke istrinya, ibunya, putrinya, dan saudarinya, dan bibinya kemudian mengikatnya karena khawatir keluar menuju Dajjal." (HR Ahmad)

Nusyuz adalah dosa besar yang menghalangi rejeki

Nusyuz menurut Islam adalah pembangkangan atau ketidaktaatan seorang istri kepada suami dalam hal-hal yang menjadi kewajibannya sebagai istri, termasuk dalam hal yang diperintahkan oleh agama.

 

Penting untuk diingat:

Nusyuz adalah masalah serius dalam Islam dan dapat merusak keharmonisan rumah tangga.

Penyelesaian nusyuz sebaiknya dilakukan melalui musyawarah dan pendekatan yang baik.

Hukuman untuk nusyuz dalam Islam dapat berupa nasihat, pisah ranjang, atau pukulan ringan sebagai upaya terakhir.

Namun, pukulan hanya diperbolehkan jika tidak menyakiti dan bertujuan untuk mendidik, bukan untuk menyakiti.

Jika Anda mengalami masalah nusyuz dalam rumah tangga, sebaiknya berkonsultasi dengan tokoh agama atau ahli hukum keluarga untuk mendapatkan solusi yang tepat

 

Adalah tugas seorang suami untuk menasehatinya, kedua menasehatinya dan bersabar. Jika istri masih nusyuz, dan tetap tidak mau berubah , suami berhak memukul nya dengan pukulan yang TIDAK membahayakan istrinya misal memukul dipaha atau mencubitnya ( syukur syukur akhirnya malah jadi cubit cubitan heheheh ). Namun jika masih tetap nusyuz juga, suami berhak untuk menceraikannya dengan cara yang ma’ruf

 

Ibadah paling lama adalah pernikahan

Di antara setiap ujian itu, perceraian merupakan salah satu yang terbesar. Bahkan, disebutkan bahwa pisahnya pasangan suami-istri ini merupakan misi terbesar dari setan.

Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir bahwa Nabi Muhammad SAW pernah besabda, “Sesungguhnya, setan membangun singgasana di atas air lalu mengirim para prajurit ke tengah manusia. Yang memiliki kedudukan paling dekat kepada Iblis di antara mereka adalah yang paling besar menimbulkan godaan. Salah seorang dari mereka mengatakan: ‘Aku selalu menggoda si Fulan sampai aku tinggalkan sementara ia mengatakan ini dan itu.’ Iblis menyahut: ‘Demi Allah, engkau tidak berbuatu sesuatu pun.’

Lalu salah seorang pasukan datang dan berkata: ‘Aku tidaklah meninggalkannya sebelum aku membuatnya bercerai dari istrinya.’ Iblis pun mendekatkan prajurit tersebut dan berkata: ‘Sungguh hebat (setan) seperti engkau’.”

Perceraian sangat disukai oleh iblis dan mereka bersuka cita karenanya. Iblis atau setan akan merasa sangat bangga dengan keberhasilan anak buahnya yang telah menyebabkan terjadinya perceraian.

Dalam kitab tafsir Taisiir Al-Kariim Ar-Rahmaan I/61, Syaikh As-Sa’di berkata,

“Padahal kecintaan yang terjalin diantara pasangan suami istri (sangatlah kuat) tidak bisa disamakan dengan rasa cinta yang ada pada selain keduanya karena Allah telah berfirman tentang pasangan suami istri

 وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً

(Dan Allah menjadikan diantara kalian rasa cinta dan kasih sayang)”.

seorang stri yang taat kepada suami akan membuka rejeki

Di antara setiap ujian itu, perceraian merupakan salah satu yang terbesar. Bahkan, disebutkan bahwa pisahnya pasangan suami-istri ini merupakan misi terbesar dari setan.

Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir bahwa Nabi Muhammad SAW pernah besabda, “Sesungguhnya, setan membangun singgasana di atas air lalu mengirim para prajurit ke tengah manusia. Yang memiliki kedudukan paling dekat kepada Iblis di antara mereka adalah yang paling besar menimbulkan godaan. Salah seorang dari mereka mengatakan: ‘Aku selalu menggoda si Fulan sampai aku tinggalkan sementara ia mengatakan ini dan itu.’ Iblis menyahut: ‘Demi Allah, engkau tidak berbuatu sesuatu pun.’ Lalu salah seorang pasukan datang dan berkata: ‘Aku tidaklah meninggalkannya sebelum aku membuatnya bercerai dari istrinya.’ Iblis pun mendekatkan prajurit tersebut dan berkata: ‘Sungguh hebat (setan) seperti engkau’.”

Perceraian sangat disukai oleh iblis dan mereka bersuka cita karenanya. Iblis atau setan akan merasa sangat bangga dengan keberhasilan anak buahnya yang telah menyebabkan terjadinya perceraian.

Dalam kitab tafsir Taisiir Al-Kariim Ar-Rahmaan I/61, Syaikh As-Sa’di berkata,

“Padahal kecintaan yang terjalin diantara pasangan suami istri (sangatlah kuat) tidak bisa disamakan dengan rasa cinta yang ada pada selain keduanya karena Allah telah berfirman tentang pasangan suami istri

 وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً

(Dan Allah menjadikan diantara kalian rasa cinta dan kasih sayang)”.

Pisahnya pasangan suami-istri juga berhubungan dengan sihir yang dilakukan oleh setan. Dalam QS al-Baqarah ayat 102 Allah SWT berkata,

“….Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun, kecuali dengan izin Allah. …”

Sihir memiliki pengaruh pada hubungan-hubungan yang terjadi di antara manusia, termasuk mereka yang terikat dalam hubungan pernikahan.

Jika cinta yang kuat antara pasangan yang diikat dengan perjanjian suci ini bisa dirusak karenanya, maka bentuk kecintaan yang lain akan lebih mudah lagi untuk dihancurkan.

Al-Munaawi pernah berkata, tujuan terbesar iblis adalah memutus keturunan dengan perceraian. Dengan keturunan Nabi Adan yang sendirian, maka mereka bisa dijerumuskan ke perbuatan zina yang termasuk dosa paling besar, serta menimbulkan kerusakan dan paling menyulitkan.

Mengingat tujuan besar dari iblis ini, banyak ulama dan cendekiawan lantas meminta suami dan istri tidak mengajukan talak atau cerai dengan sesuka hati. Az-Zamakhsyari Al-Mu’tazili pun memberi nasihat agar jangan bercerai hanya karena sekadar jiwa tidak menyukainya.

Chat Icon